Rabu, 23 November 2016

Malnutrisi, Mortalitas dan Morbiditas

Pengertian Malnutrisi
 Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bias terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atau lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian gizi kurang, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan ini. Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kurangnya energy atau protein.Namun keadaan ini di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang menderita deferensiasi murni.
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolic.
Malnutrisi pada umumnya suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi. Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan.
Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atau lebih. Di Indonesia angka kejadian gizi yang kurang masih sangat tinggi istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan dimana seseorang kekurangan gizi.
Malnutrisi merupakan masalah yang menjadi perhatian internasional serta memiliki berbagai sebab yang saling berkaitan. Penyebab malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF dapat dibedakan menjadi penyebab langsung , penyebab tidak langsung dan penyebab dasar.

Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa Malnutrisi adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untukpertumbuhan, perkembangan dan aktivitass akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energy dan protein.
Penyebab tidak langsung yang dapat menyebabkan malnutrisi adalah kurangnya ketahanan pangan keluarga, kualitas perawatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan dapat dijabarkan sebagai kemampuan keluarga untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan. Sebagai tambahan, perlu diperhatikan pengaruh produksi bahan makanan keluarga terhadap beban kerja ibu dan distribusi makanan untuk anggota keluarga. Sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan, produksi serta persiapan makanan untuk dikonsumsi serta kebersihan. Pelayanan kesehatan bukan hanya harus tersedia, namun juga harus dapat diakses dengan mudah oleh ibu dan anak. Status pendidikan dan ekonomi perempuan yang rendah menyebabkan kurangnya kemampuan untuk memperbaiki status gizi keluarga.
Malnutrisi berkaitan erat dengan kemiskinan yang dimana mereka cendrung sulit untuk memenuhi nutrisi yang cukup untuk tubuh mereka, Malnutrisi dapat diketahui dan ditentukan dengan mengukur status gizi atau orang yang menderita malnutrisi. Masalah Malnutrisi banyak dijumpai di Negara-negara yang sedang berkembang, yang biasa di derita oleh orang dewasa terutama wanita maupun anak-anak. Sejak sebelum merdeka sampai sekitar tahun 1960-an, masalah malnutrisi merupakan masalah besar di Indonesia.
Saat ini masalah Malnutrisi pada orang dewasa tidak lagi sebesar lalu, kecuali pada wanita terutama di daerah-daerah miskin dan pada anak-anak, khususnya anak dibawah usia lima tahun (balita) sampai sekarang Malnutrisi masih merupakan masalah yang memprihatinkan.
Pada orang dewasa Organisasi Kesehatan Dunia/WHO memperkenalkan istilah Malnutrisi tergantung pada jenis penyebabnya, apabila penyebabnya akibat kurang energy yang lebih menonjol dari pada kurang protein maka dipakai istilah KEK (Kurang Energi Kronik). Untuk keperluan di klinik WHO menggunakan istilah Wasting atau “Berat Badan Rendah” menurut tinggi badan karena kelaparan dan penderita dalam keadaan sakit dan harus dirawat dirumah sakit. Bila gejala terdapat gejala pembengkakan karena timbunan cairan tubuh (Oedeem) disebagian badan terutama kaki, perut dan muka penderita tidak hanya menderita kurang energy tetapi juga kurang protein. Keadaan ini dimasyarakat dikenal sebagai penderita “Busung Lapar” atau HO ( Honger Oedeem)
Angka Malnutrisi pada orang dewasa umumnya meningkat pada saat ekonomi masyarakat terpuruk, dan menurun bila keadaan ekonomi membaik. Hal ini tidak selalu terjadi pada anak balita, seperti yang di kutip dari Departemen Kesehatan RI (1991) Gizi yang buruk pada anak balita sangat berbeda sifatnya dengan gizi buruk yang terjadi pada orang dewasa.

1. Gizi yang buruk pada balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah oleh masyarakat bahkan oleh keluarga. Artinya, andaikata di suatu desa
terdapat sejumlah anak yang menderita gizi buruk tidak segera menjadi perhatian karena anak kadang tidak tampak sakit.

2. Terjadinya masalah kekurangan gizi pada anak tidak selalu didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti orang dewasa. Artinya, pada keadaan pangan di pasar berlimpahpun masih memungkinkan anak kekurangan gizi.

3. Faktor penyebab kekurangan gizi pada anak balita lebih komplek, maka upaya penanggulangannya memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan anak, misalnya tidak cukup memperbaiki segi makananya saja namun perlu juga memperbaiki lingkungan hidup seperti pola pengasuhan, pendidikan ibu, air bersih dan kesehatan lingkungan serta mutu kesehatan.

4. Pencegahan dan penanggulangan balita yang menderita kekurangan gizi memerlukan partisipasi aktif dari orangtua dan masyarakat setempat. Sedangkan pencegahan dan penanggulangan gizi yang kurang lebih banyak tergantung pada upaya perbaikkan ekonomi keluarga, misalnya dengan memberikan lapangan kerja dan meningkatkan daya belinya.








Mortalitas Dan Morbiditas

MORTALITAS
Mortalitas diartikan sebagai kematian yang terjadi pada anggota penduduk, tentunya mortalitas / kematian hanya terjadi satu kali kepada setiap orang. Meskipun demikian, seiring dengan semakin majunnya ilmu kedokteran, terkadang sulit untuk membedakan keadaan mati dan hidup secara klinik.

MORBIDITAS
Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih kompleks, tidak saja terbatas pada statistic atau ukuran tentang peristiwa-peristiiwa tersebut, tetapi juga factor yang memengaruhinnya (determinant factors), seperti factor social, ekonomi, dan budaya.
Menurut konsepnya, terdapat tiga keadaan vital, yang masing-masing saling bersifat mutually exclusive. Artinya keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu keadaan lainnya. Tiga keadaan tersebut adalah, lahir mati, lahir hidup, dan mati.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan WHO, definisi dari ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
Lahir Hidup (live Birth) adalah peristiwa keluarnnya hasil konsepsi dari Rahim seorang ibu secara lengkap tanpa memandang lamannya kehamilan, dan setelah perpisahan tersebut terjadi, hasil konsepsi Bernapas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah tali pusat sudah di potong apa belum.
Lahir mati (fetal death) adalah peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari Rahim ibunya. Dari definisi mati dan hidup di atas maka lahir mati tidak dimasukan dalam pengertian mati maupun hidup.

Mati (death) adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Menurut definisi tersebut, keadaan “mati” hanya bisa terjadi sesudah terjadi kelahiran hidup. Oleh karena itu, keadaan mati selalu didahului dengan keadaan hidup. Dengan kata lain, mati tidak pernah ada kalau tidak ada hidup, sedangkan hidup selalu dimulai dengan lahir hidup.

 Tingginya angka mortalitas (kematian) dan morbiditas (kesakitan) yang disebabkan oleh penyakit yang tidak menular, termasuk dalam kategori ini adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik dan gaya hidup menjadi fenomena saat ini. Menurut World Health Organization (WHO, 2008) penyakit yang tidak menular menyumbang mortalitas terbesar di dunia, ada 4 yakni penyakit kardiovaskuler (jantung, stroke, dan sejenisnya), kanker, diabetes, dan penyakit pernafasan kronis.
Penyakit semacam ini bisa dicegah karena penyebabnya kebanyakan adalah merokok, pola makan yang buruk, aktivitas fisik yang kurang, serta konsumsi alkohol berlebihan. Perbaikan aktivitas yang terkait hal-hal tersebut sebenarnya bisa menekan hingga 80% kejadian penyakit yang tidak menular dalam kelompok 4 besar tadi. Tambahan lagi, angka itu semakin bisa ditekan apabila obat dan pelayanan kesehatan semakin mudah terjangkau (Sedyaningsih, 2010).
Kanker merupakan salah satu penyebab utama mortalitas di dunia (sekitar 13% dari seluruh penyebab mortalitas), diperkirakan angka mortalitas sekitar 7,9 juta kematian pada tahun 2007. Menurut WHO jenis kanker terbanyak penyebab mortalitas tiap tahunnya adalah kanker paru (1,4 juta mortalitas/tahun),lambung (866.000 mortalitas/tahun), kanker usus besar (677.000 mortalitas/tahun), liver (653.000 mortalitas/tahun), dan payudara (548.000 mortalitas/tahun).
Di Indonesia kanker menempati peringkat keenam penyebab kematian sesudah infeksi, kardiovaskuler, kecelakaan lalu lintas, defisiensi nutrisi, dan penyakit kongenital. Diperkirakan ada 170-190 kasus baru setiap 100.000 penduduk pertahun (Tjindarbudi, 2002). Sedangkan menurut Aziz (2006) kanker usus besar menempati peringkat ke sembilan di Indonesia setelah kanker Rahim, Payudara, Ovarium, Kulit, Tiroid, Rektum, dan Kelenjar getah bening.
Perubahan gaya hidup dan modernisasi, terutama di kota besar mengakibatkan pola penyakit di Indonesia berubah. Mengkonsumsi makanan berlemak, kurang sehat, maupun yang telah diproses (seperti diawetkan, diasinkan, dan diasap) dapat menyebabkan frekuensi penyakit kanker usus besar terus meningkat dan mendekati pola di negara maju.
Apabila ditemukan pada stadium dini maka biaya pengobatan penyakit kanker menjadi lebih murah dengan hasil lebih baik. Di Indonesia, sekitar 80% penderita penyakit kanker usus besar ditemukan pada stadium lanjut sehingga pengobatan tidak memuaskan, bahkan cenderung mempercepat mortalitas.
Berdasarkan data di RSUD Dr.Moewardi, penderita kanker usus besar pada tahun 2010 terdapat 70 pasien diantaranya 37,14 % penderita laki-laki dan 62,85 % penderita perempuan. Sedangkan pada tahun 2011 tercatat ada 35 pasien kaker usus besar diantaranya 65,7% pada pasien laki-laki dan 34,3% pada pasien perempuan. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi karena RSUD Dr. Moewardi merupakan rumah sakit tipe A dan merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Jawa Tengah.
Hal ini dikarenakan banyak problem yang membuat penderita kanker usus besar untuk tidak melakukan pemeriksaan awal dan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan kanker usus besar. Fenomena yang terjadi di masyarakat terhadap tindakan medis seperti operasi, kemoterapi masih belum menjadi alternatif utama untuk mengatasi permasalahannya. Besarnya biaya untuk melakukan tindakan medis di Pusat Pelayanan Kesehatan membuat pasien kanker usus besar enggan mengatasi permasalahannya.
Penyakit degeneratif seperti kanker semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka kematian karena kanker salah satunya kanker usus besar. Tujuan dari penelitian ini untuk menurunkan angka mortalitas dan mordibitas pada pasien kanker usus besar. Selain itu sedikitnya penelitian tentang penatalaksanaan kanker usus besar membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar