Rabu, 23 November 2016

Penyakit Cacingan

banyak terdapat di Indonesia terutama menyerang anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan. Bahkan ada penelitian yang menyebutkan bahwa 90 % anak Indonsia mengalami penyakit cacingan. Penyakit cacingan banyak yang menganggap remeh penyakit ini padahal bila dibiarkan penyakit cacingan ini bisa mengakibatkan penyakit lain yang lebih berbahaya.

Cacingan merupakan penyakit yang tinggi terjadi di Indonesia, penyakit ini biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang tidak bersih dan tidak di masak terlebih dahulu karena makanan ini sudah kotor oleh lalat. Makanan yang demikian lah yang menyebabkan cacingan pada manusia.

Cacing pada umumnya menyukai hidup di daerah yang kotor dan lembab, kecuali cacing yang hidup di tubuh manusia. Tapi bukan berarti orang yang sudah hidup bersih tidak cacingan karena bisa saja cacing di bawa oleh orang lain. Cacing biasanya meningkat di saat musim penghujan karena cacing menyukai daerah yang lembab. 

Cacing mempunyai banyak jenis tapi cacing yang suka hidup di usus manusia ada tiga yaitucacing kremicacing gelang, dan cacing tambang. Untuk mempertahankan hidupnya maka cacing harus makan maka dari itu cacing akan makan apa saja yang terdapat di dalam perut manusia. Apabila perkembangbiakannya sudah banyak di dalam perut maka otomatis yang makan pun banyak maka itu akan menyebabkan tersumbatnya saluran pencernaan manusia.

Sedangkan cacing yang hidupnya ditanah dapat berguna bagi manusia terutama bagi para petani karena cacing dapat menyuburkan tanah. Banyak juga yang menggunakan cacing sebagai umpan saat memancing.

Resep Makanan Minahasa

KELOMPOK 9
Bahan Kue Balapis khas Manado
250 gr tepung terigu
1500 ml santan dari 2 butir kelapa
275 gr gula pasir
30 gr cokelat bubuk, larutkan dengan sedikit air panas
¼ sdt vanili
2 lbr daun pandan (tumbuk, beri sedikit air, ambil sari)
Cara Membuat Kue Balapis khas Manado
1. Campur gula pasir, tepung terigu, vanili, dan garam, aduk rata.
2. Tambahkan santan sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai menjadi adonan cair.
3. Bagi adonan jadi 2 bagian. Satu bagian dicampur dengan bubuk cokelat cair, aduk rata. Sisanya dibiarkan dicampur dengan sari daun pandan).
4. Siapkan loyang ukuran 20x20x5 cm, olesi minyak dan lapisi plastik.
5. Siapkan dandang yang sudah dipanaskan, taruh loyang di atasnya, beri 100 ml adonan hijau. Tutup dandang, alasi dengan serbet. Kukus selama 10 menit.
6. Buka tutup dandang, taruh 100 ml adonan cokelat, lakukan terus bergantian sampai adonan Balapis habis. Terakhir, kukus selama 30 menit sampai Balapis matang.

Kandungan Gizi yang terkandung pada bahan kue balapis
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Tepung Terigu :

Nama Bahan Makanan : Tepung Terigu
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Tepung Terigu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Tepung Terigu yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Tepung Terigu = 365 kkal
Jumlah Kandungan Protein Tepung Terigu = 8,9 gr
Jumlah Kandungan Lemak Tepung Terigu = 1,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Terigu = 77,3 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Terigu = 16 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Terigu = 106 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Terigu = 1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Terigu = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Terigu = 0,12 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Terigu = 0 mg
Khasiat / Manfaat Tepung Terigu : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : T
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.


Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Tepung Terigu Hasil Penelitian yang Lain :

Banyaknya Tepung Terigu yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Tepung Terigu yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Tepung Terigu = 333 kkal
Jumlah Kandungan Protein Tepung Terigu = 9 gr
Jumlah Kandungan Lemak Tepung Terigu = 1 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Tepung Terigu = 77,2 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Tepung Terigu = 22 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Tepung Terigu = 150 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Tepung Terigu = 1,3 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Tepung Terigu = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Tepung Terigu = 0,1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Tepung Terigu = 0 mg

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Santan Kelapa Peras Dengan Air :

Nama Bahan Makanan : Santan Kelapa Peras Dengan Air
Nama Lain / Alternatif : Santan (Kelapa Diperas Dengan Air)
Banyaknya Santan Kelapa Peras Dengan Air yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Santan Kelapa Peras Dengan Air yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Santan Kelapa Peras Dengan Air = 122 kkal
Jumlah Kandungan Protein Santan Kelapa Peras Dengan Air = 2 gr
Jumlah Kandungan Lemak Santan Kelapa Peras Dengan Air = 10 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Santan Kelapa Peras Dengan Air = 7,6 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Santan Kelapa Peras Dengan Air = 25 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Santan Kelapa Peras Dengan Air = 30 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Santan Kelapa Peras Dengan Air = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Santan Kelapa Peras Dengan Air = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Santan Kelapa Peras Dengan Air = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Santan Kelapa Peras Dengan Air = 2 mg
Khasiat / Manfaat Santan Kelapa Peras Dengan Air : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : S
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Gula Pasir :

Nama Bahan Makanan : Gula Pasir
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Gula Pasir yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Gula Pasir yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Gula Pasir = 364 kkal
Jumlah Kandungan Protein Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Lemak Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Gula Pasir = 94 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Gula Pasir = 5 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Gula Pasir = 1 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Gula Pasir = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Gula Pasir = 0 mg
Khasiat / Manfaat Gula Pasir : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : G
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Cokelat Bubuk :

Nama Bahan Makanan : Coklat Bubuk
Nama Lain / Alternatif : Serbuk Coklat
Banyaknya Coklat Bubuk yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Coklat Bubuk yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan energi Coklat Bubuk = 298 kkal
Jumlah Kandungan Protein Coklat Bubuk = 8 gr
Jumlah Kandungan Lemak Coklat Bubuk = 23,8 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Coklat Bubuk = 48,9 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Coklat Bubuk = 125 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Coklat Bubuk = 715 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Coklat Bubuk = 12 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Coklat Bubuk = 30 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Coklat Bubuk = 0,12 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Coklat Bubuk = 0 mg
Khasiat / Manfaat Coklat Bubuk : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : C
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.
buah vanilli mengandung komponen zat gizi lengkap yang meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Menurut de Guzman dan Siemonsma (1999), per 100 g berat buah vanilli kering vanilla planifolia Andrews, mengandung 20 g air, 3 – 5 g protein, 11 g lemak, 7 – 9 g gula, 15 – 10 g abu, 1,5 – 3 g vanillin, 2 g soft resin dan asam vanilat yang tidak berflavor.
Cara penyimpanan :
Untuk menjaga teksturnya tetap utuh dan bagus, maka sebaiknya kue balapis disimpan di tempat yang bersuhu dingin seperti kulkas. Hindari dari sinar matahari langsung.





RESEP SATE KOLOMBI ASLI MANADO

Bahan

1 kg kolombi(keong sawah)
2 sendok makan air perasan jeruk nipis / lemon cui
1 sdt garam
Minyak goreng untk melumuri kolombi

Bahan untk sambelnya

8 bawang merah
1 bawang putih kecil
1genggam cabe rawit
4 cabe keriting
3 kemiri
3 cm jahe
3 cm kunyit
2 tomat potong sesuai selera
1/2 sdm Air perasan jeruk nipis / lemon cui
Sejumput gula pasir
Garam secukupnya
Penyedap (jika suka)

Cara membuat Sate Kolombi

Rendam kolombi selama semalam.
Besoknya, keluarkan kolombi dari cangkangnya. Lumuti dgn air perasan jeruk nipis / lemon cui dan garam.  Diamkan sekitar 15 menit
Haluskan semua bumbu bumbu untk sambel dan sisihkan.
Tusuk kolombi pd tusukan sate.
Selanjutnya kita buat bumbu untk lumuran bakarannya. Ambil sedikit saja bumbu untk sambal. Campurkan dgn minyak goreng. Sisihkan
Selanjutnya, lumuri kolombi dgn sedikit minyak goreng, pastikan bahwa semua permukaannya terkena minyak goreng. Tapi sedikit saja ya minyaknya. Bakar hingga ¼ matang. Lumuri dgn bumbu lumuran bakarnya. Bakar lagi satenya hingga setengah matang.
Lakukan hal yg sama untk sisi sebelahnya. Bakar hingga kolombi matang dgn sempurna


Cara membuat sambal sate Kolombi

Haluskan semua bumbu di atas. Jangan lupa dicampur jg dgn air perasan jeruk nipis / lemon cui. Taruh pd wadah/piring tahan panas.
Panaskan minyak goreng sebanyak 2x kuantitas bumbu halusnya.
Panaskan minyaknya hingga puanaaaaaas nas nas dan siramkan ke bumbu halus tadi,
Aduk cepat agar semua komponen bumbu halus matang dgn rata.

Kandungan Gizi yang terkandung pada bahan sate kolombi

Bahan

Keong sawah atau Tutut ternyata menyimpan kandungan gizi tinggi, menurut Positive Deviance Resource Centre khasiatnya ini karena keong sawah mengandung kandungan protein 12% , kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram keong sawah, dan sisanya mengandung energi, protein, kalsium, karbohidrat, dan phosfor.
Kandungan vitamin pada keong sawah cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat. Keong sawah juga mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi pada tubuhnya. Berat daging satu ekor keong sawah dewasa dapat mencapai 4-5 gram.[3]
Selain makronutrien, tubuh keong sawah juga mengandung mikronutrien berupa mineral, terutama kalsium yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan pengelolaan yang tepat, tutut dapat dijadikan sumber protein hewani yang bermutu dengan harga yang jauh lebih murah daripada daging sapi, kambing atau ayam.
Keong sawah banyak dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah Asia Tenggara dan memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung protein yang cukup tinggi. Meskipun demikian, kewaspadaan perlu diberikan karena keong sawah adalah inang dari beberapa penyakit parasit. Selain itu, hewan yang diambil dari dekat persawahan dapat menyimpan sisa pestisida di dalam tubuhnya.[4]

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Buah Jeruk Nipis :

Nama Bahan Makanan : Buah Jeruk Nipis
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Buah Jeruk Nipis yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Buah Jeruk Nipis yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 76 %
Jumlah Kandungan Energi Buah Jeruk Nipis = 37 kkal
Jumlah Kandungan Protein Buah Jeruk Nipis = 0,8 gr
Jumlah Kandungan Lemak Buah Jeruk Nipis = 0,1 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Buah Jeruk Nipis = 12,3 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Buah Jeruk Nipis = 40 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Buah Jeruk Nipis = 22 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Buah Jeruk Nipis = 1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Buah Jeruk Nipis = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Buah Jeruk Nipis = 0,04 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Buah Jeruk Nipis = 27 mg
Khasiat / Manfaat Buah Jeruk Nipis : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : B
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.




Informasi Gizi pada Garam Ukuran Porsi: 1 sdt
per porsi
Kilojoule0 kj
Kalori0 kkalLemak0 g
Lemak Jenuh0 g
Lemak tak Jenuh Ganda0 g
Lemak tak Jenuh Tunggal0 g
Kolesterol0 mg
Protein0 g
Karbohidrat0 g
Serat0 g
Gula0 g
Sodium2325 mg
Kalium0 mg


Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Minyak Kelapa :

Nama Bahan Makanan : Minyak Kelapa
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Minyak Kelapa yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Minyak Kelapa yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Minyak Kelapa = 870 kkal
Jumlah Kandungan Protein Minyak Kelapa = 1 gr
Jumlah Kandungan Lemak Minyak Kelapa = 98 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Minyak Kelapa = 0 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Minyak Kelapa = 3 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Minyak Kelapa = 0 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Minyak Kelapa = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Minyak Kelapa = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Minyak Kelapa = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Minyak Kelapa = 0 mg
Khasiat / Manfaat Minyak Kelapa : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : M
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.



Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Bawang Merah :

Nama Bahan Makanan : Bawang Merah
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Bawang Merah yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Bawang Merah yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 90 %
Jumlah Kandungan Energi Bawang Merah = 39 kkal
Jumlah Kandungan Protein Bawang Merah = 1,5 gr
Jumlah Kandungan Lemak Bawang Merah = 0,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Bawang Merah = 0,2 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Bawang Merah = 36 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Bawang Merah = 40 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Bawang Merah = 1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Bawang Merah = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Bawang Merah = 0,03 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Bawang Merah = 2 mg
Khasiat / Manfaat Bawang Merah : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : B
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Bahan untuk sambelnya

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Bawang Merah :

Nama Bahan Makanan : Bawang Merah
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Bawang Merah yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Bawang Merah yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 90 %
Jumlah Kandungan Energi Bawang Merah = 39 kkal
Jumlah Kandungan Protein Bawang Merah = 1,5 gr
Jumlah Kandungan Lemak Bawang Merah = 0,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Bawang Merah = 0,2 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Bawang Merah = 36 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Bawang Merah = 40 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Bawang Merah = 1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Bawang Merah = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Bawang Merah = 0,03 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Bawang Merah = 2 mg
Khasiat / Manfaat Bawang Merah : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : B
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Cabai mengandung banyak vitamin dan mineral.100 g cabai rawit menyumbangkan kebutuhan asupan gizi harian yang direkomendasikan. Berikut ini ditunjukkan dalam % : Vitamin C, 240% dari asupan harian yang disarankan Vitamin B6, 39% dari asupan harian yang disarankan Vitamin A, 32% dari asupan harian yang disarankan Vitamin E, 4,5 dari asupan harian yang disarankan Vitamin K, 11,5% dari asupan harian yang disarankan Zat besi13% dari asupan harian yang disarankan Tembaga 14% dari asupan harian yang disarankan Kalium 7% dari asupan harian yang disarankan

Read more at resepcaramemasak.org: Kandungan Nutrisi Cabai Rawit dan manfaat kesehatan

Cabai adalah makanan yang bernilai gizi tinggi dan kompleks. Berikut rincian kandungan gizi cabai tiap 100 g:
Energi 318 kkal
Air 8.05 mg
Protein 12,01 mg
Lipid 17,27 mg
Abu 6,04 mg
Karbohidrat 56,63 mg
Serat 27,20 mg
Gula 10,34 mg
Kalsium (ca) 148,00 mg
Besi (fe) 7,80 mg
Magnesium (mg) 152,00 mg
Fospor (P) 293,00 mg
Kalium (K) 2.014,00 mg
Natrium (Na) 30,00
Zinc (Zn) 2,48 mg
Tembaga (Cu) 0,37 mg
Mangan (Mn) 2,00 mg
Selenium (Se) 8,80 mcg
Vitamin C 76,40 mg
Thiamin 0,33 mg
Riboflavin 0,92 mg
Niacin 8,70 mg
Vitamin B6 2,45 mg
Folate 106,00 mcg
Kolin 51,50 mg
Vitamin A 41,61 SI
Vitamin E 29,83 mg
Vitamin K 80,30 mcg
Asam Lemak 3,26 G
Fitosterol 83,00 mg
Beta Karoten 21.840,00 mcg
Beta cryptoxanthin 6.252,00
Lutein+Zeoxanthin 12.157,00


Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kemiri :


Nama Bahan Makanan : Kemiri
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Kemiri yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Kemiri yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Kemiri = 636 kkal
Jumlah Kandungan Protein Kemiri = 19 gr
Jumlah Kandungan Lemak Kemiri = 63 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Kemiri = 8 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Kemiri = 80 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Kemiri = 200 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Kemiri = 2 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Kemiri = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kemiri = 0,06 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Kemiri = 0 mg
Khasiat / Manfaat Kemiri : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : K

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Jahe :

Nama Bahan Makanan : Jahe
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Jahe yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Jahe yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 97 %
Jumlah Kandungan Energi Jahe = 51 kkal
Jumlah Kandungan Protein Jahe = 1,5 gr
Jumlah Kandungan Lemak Jahe = 1 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Jahe = 10,1 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Jahe = 21 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Jahe = 39 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Jahe = 2 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Jahe = 30 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Jahe = 0,02 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Jahe = 4 mg
Khasiat / Manfaat Jahe : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : J


Kandungan Gizi Pada Kunyit :

Nama Bahan Makanan : Kunyit
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Kunyit yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Kunyit yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 78 %
Jumlah Kandungan Energi Kunyit = 63 kkal
Jumlah Kandungan Protein Kunyit = 2 gr
Jumlah Kandungan Lemak Kunyit = 2,7 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Kunyit = 9,1 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Kunyit = 24 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Kunyit = 78 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Kunyit = 3 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Kunyit = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kunyit = 0,03 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Kunyit = 1 mg
Khasiat / Manfaat Kunyit : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : K


Kandungan Gizi Tomat  (Per 100 g Penyajian)


Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Gula Pasir :

Nama Bahan Makanan : Gula Pasir
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Gula Pasir yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Gula Pasir yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Gula Pasir = 364 kkal
Jumlah Kandungan Protein Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Lemak Gula Pasir = 0 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Gula Pasir = 94 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Gula Pasir = 5 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Gula Pasir = 1 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Gula Pasir = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Gula Pasir = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Gula Pasir = 0 mg
Khasiat / Manfaat Gula Pasir : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : G
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

Informasi Gizi pada Garam Ukuran Porsi: 1 sdt
per porsi
Kilojoule0 kj
Kalori0 kkalLemak0 g
Lemak Jenuh0 g
Lemak tak Jenuh Ganda0 g
Lemak tak Jenuh Tunggal0 g
Kolesterol0 mg
Protein0 g
Karbohidrat0 g
Serat0 g
Gula0 g
Sodium2325 mg
Kalium0 mg





Cara Penyimpanan Sate Kolombi :
Hangatkan dulu sebelum disimpan
Sebelum menyimpan masakan, pastikan Anda menghangatkannya terlebih dahulu. Untuk sayuran berkuah, pastikan proses menghangatkannya hingga mendidih. Untuk olahan sambal atau masakan berbumbu kental, Anda bisa menambahkan sedikit air, kemudian memasaknya hingga kering.

Jangan tutup rapat makanan saat panas
Setelah masakan dihangatkan, diamkan hingga panas menguap/agak dingin, barulah Anda bisa menutup dan menyimpan masakan. Karena menutup langsung saat makanan panas akan membuat uap air masuk dalam masakan yang menjadi penyebab masakan basi.
Simpan dalam wadah kedap udara
Wadah kedap udara menjadi pilihan yang tepat untuk menyimpan masakan, karena lebih aman dan maksimal dalam menjaga makanan agar tidak terkontaminasi bakteri/kuman yang merusak makanan. Jangan lupa pilih wadah penyimpanan yang berkualitas baik, misalnya terbuat dari bahan antara lain : botol, plastik, alumunium, stainless, dan lainnya.
Hindari Menyentuh/Mengaduk Makanan di Tempat Penyimpanan
Ketika masakan sudah dihangatkan dan disimpan, pastikan Anda tidak menyentuh/mengaduk makanan kembali, karena hal tersebut akan membuat makanan lebih mudah basi. Jika keesokan harinya, Anda hendak mengonsumsi makanan tersebut, silahkan menghangatkan terlebih dahulu.
Hindari menyimpan makanan di luar Ruangan
Meskipun sudah dihangatkan, namun Anda jangan menyimpan masakan diluar ruangan terlalu lama, karena rentan terkontaminasi bakteri/kuman yang membuat makanan lebih cepat basi.
Simpan makanan ke dalam Kulkas
Setelah dihangatkan dan disimpan kedalam wadah kedap udara, Anda bisa menyimpannya ke dalam kulkas agar makanan lebih tahan lama dan tidak mudah basi. Pastikan juga kulkas tidak dalam kondisi penuh sesak agar masakan Anda memiliki ruang untuk sirkulasi udara yang baik.
Semoga tips mudah menyimpan masakan agar tidak cepat basi diatas dapat membantu memudahkan pekerjaan Anda sehari-hari. Selamat Beraktivitas!


Pengendalian Pencemaran Udara

          BAB I
    PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing didalam uadara dalm jumlah tertentu serta berada di uadara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang.
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah juga atmosfir yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen (O2 ) untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet. Udara  tidak tampak, sehingga sering kita anggap tidak ada.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apa saja yang menjadi sumber pencemaran udara ?
2. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari pencemaran udara ?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi masalah pencemaran udara?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas Analisis Sistem Teknik Lingkungan tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan untuk memperluas pengetahuan tentang pencemaran lingkungan khususnya pencemaran udara beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Sumber Pencemaran Udara
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khususnya dalam industri dan teknologi,serta meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil minyak menyebabkan udara yang kita hirup di sekitar kita menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran .
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam , yaitu :
Karena faktor internal (secara alamiah), contoh :
Debu
Abu
Proses pembusukan sampah organik
Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh :
Hasil pembakaran bahan bakar fosil
Debu/serbuk dari kegiatan industri
Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara
Dalam proses pencemaran terjadi proses sinergistik yaitu suatu keadaan ketika polutan satu dengan polutan yang lain di dalam udara bereaksi menjadi jenis polutan baru yang lebih berbahaya dari polutan semula. Contoh, dua jenis komponen polutan yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar minyak (yaitu nitrogen dioksida dan hidrokarbon) dengan bantuan sinar ultraviolet akan membentuk jenis polutan baru (peroksiasetil nitrit dan ozon) yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Jenis polutan dapat dibagi berdasarkan struktur kimia dan penampang partikelnya, seperti berikut.
Struktur kimia:
Partikel : debu,abu, dan logam, seperti Pb,nikel,cadmium,dan berilium.
Gas anorganik seperti NO,CO,SO2,ammonia, dan hydrogen
Gas organic seperti hodrokarbon,benzene, etilen, asetile, aldehide, keton, akohol, dan asam-asam organic
Penampang partikel
Partikel dalam udara dapatmelekat pada saluran pernapasan manusia yang tentunya dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan manusia.
   Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta lalu-lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah industri kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam komponen pencemar udara, maka yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini :
Karbon Monoksida                         (CO)
Nitrogen Oksida                              (NO)
Belerang Oksida                              (SO)
Hidro Karbon                                  (HC)
Partikel                                            (Particulate)
Jumlah komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya . Sumber penemaran udara di indonesia pada saat ini masih terus diteliti . Akan tetapi kalau dilihat prosentase komponen pencemaran udara dari sumber pencemar transportasi. Sumber pencemar uadara di Indonesia pada saat ini masih terus diteliti. Akan tetapi kalau dilihat prosentase komponen pencemar udara dari sumber pencemar  udara dari sumber pencemar transportasi.
2.2 Termodinamika dan Kinetika Pencemaran Udara
Pencemaran udara seringkali tidak dapat di tangkap oleh pancaindera kita . Seandainya indera penciuman kita dapat mencium bau pencemar udara atau bahkan merasa sesak pada dada akibat mencium gas tersebut maka hal itu berarti tingkat pencemaran udara sudah tinggi dan mungkin sudah menjadi racun yang dapat mematikan.
Termodinamika Pencemaran Udara
) berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil . Gas alam saat ini juga banyak digunakan sebagai bahan bakar yang dianggap relatif lebih bersih di bandingkan dengan batubara atau minyak .
Gas alam saat ini juga banyak digunakan sebagai bahan bakar yang dianggap relatif lebih bersih dibandingkan dengan batubara atau minyak. Gas alam merupakan campuran senyawa alifatik ringan yang sebagian besar berupa metana (CH4), sekitar 80-90 %, kemudian etana (C2H6), sekitar 5-10%, dan sisanya adalah propane (C3H8), dan lain-lainnya.
Kinetika Pencemaran Udara
Pemakaian udara sebagai oksidator pada pembakaran bahan bakar fosil yang lebih besar atau lebih kecil dari jumlah yang diperlukan pada reaksi stoikiometris menghasilkan perbedaan prosentasi komponen pencemar udara yang keluar sebagai gas buangan hasil pembakaran .
Dalam hal pemakaian udara yang tidak stoikiometri dikenal istilah Equivalent Ratio atau disingkat ER .
ER= 1, berarti reaksi stoikiometris tepat sama dengan harga UPB.
ER< 1, berarti pemakaian udara kurang dari keperluan reaksi stoikiometris.
ER> 1, berarti pemakaian udara lebih dari keperluan reaksi stoikiometris .
2.3 Dampak Pencemaran Udara
Dampak pencemaran lingkungan sebenarnya tidak semata-mata disebabkan oleh karena kegiatan industri dan teknologi saja, namun juga disebabkan oleh faktor lain yang menunjang kegiatan tersebut . Faktor penunjang kegiatan industri dan teknologi adalah :
Faktor penyedia daya listrik
Faktor transportasi
Transportasi diperlakukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah pertambangan ke tempat industri (pabrik). Meningkatnya produksi bahan bakar fosil dapat diartikan sebagai berikut :
Berkurangnya daya dukung alam, karena kekayaan alamnya diambil manusia
Meluasnya dampak pencemaran lingkungan , terutama pencemaran udara .
Kenaikan bahan bakar fosil seperti digunakan pada banyak sektor penunjang kegiatan ) berasal dari pemakaian bahan bakar fosil , sedangkan sisanya berasal dari sumber pencemaran lainnya .
Factor penyedia daya listrik dan factor transportasi, keduanya adalah penyerap terbesar pemakaian bahan bakar fosil, baik berupa batubara maupun minyak bumi
Sebagai gambaran bahwa produksi bahan bakar fosil meningkatkan dari tahun ke tahun, terutama di Indonesia, data yang diperoleh dari Departemen Pertambangan dan Energi.
2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pencemaran Udara
Meteorogi dan Iklim
Variable yang termasuk di dalam factor meterologi dan iklim, antara lain :
Temperatur
Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat  menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain, udara dingin akan terperangkap dan tidak dapt keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi polutan dikawasan tersebut semakin lama semakin tinggi.
Arah dan kecepatan angin
Kecepatan angin yang kuat akan membawapolutan terbang kemana-mana dan dapat mencemari udara Negara lain. Sebaliknya, apabila  kecepatan angin lemah, polutan akan menumpuk ditempat dan dapat mencemari udara tempat pemukiman yang terdapat di sekitar lokasi pencemaran tersebut.
Hujan
Air hujan, sebagai pelarut umum,cenderung melarutkan bahan polutan yang terdapat dalam udara. Kawasan industry yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya.
Topografi
Variabel – variabel yang termasuk di dalam fator topografi, antara lain :
Dataran rendah
Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati bats Negara dan mencemari udara Negara lain.
Pegunungan
Di daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.
Lembah
Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan bumi. Contoh, kasus lembah Silicon (USA).
Efek umum
           Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupan manusia, antara lain:
Meningkatan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora, dan fauna.
Memengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.
Memengaruhi dan mengubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 di udara. Kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).
Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda yang terbuat dari logam.
Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya.
Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus kecelakaan lalulintas di darat, sungai, maupun udara.
Menyebabkan warna kain dan pakaian menjadi cepat buram dan bernoda.
Efek terhadap Ekosistem
Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, akan terjadi perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya, pH air danau akan menjadi asam, produksi ikan menurun, dan secara tidak langsung pendapatan rakyat setempat pin menurun.
Efek terhadap Kesehatan
Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik secara cepat maupun lambat, seperti berikut.
Efek cepat
Hasil studi epidemiologi menunjukan bahwa peningkatan mendadak kasus pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran pernapasan.
Efek lambat
Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit bronchitis kronis dan kanker paru primer.
Efek Terhadap Tumbuhan dan Hewan
Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas tersebut akan meningkat dan dapat menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu.
Efek Terhadap Cuaca dan Iklim
Gas karbon dioksida memiliki kecenderungan untuk menahan panas tetap berada di lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).
Efek Terhadap Sosial Ekonomi
Pencemaran udara akan meningkatkan biaya perawatan dan pemeliharaan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya serta menyebabkan pengeluaran biaya ekstra untuk mengendalikan pencemaran yang terjadi.
2.5 Indikator Pencemaran Udara
Indikator yang paling baik dalam menentukan derajat suatu kasus pencemaran adalah dengan cara mengukur dan memeriksa konsentrasi gas sulfurdioksida, indeks asap, serta partikel-partikel debu diudara.
Gas Sulfurdioksida
Gas sulfur oksida merupakan gas pencemar di udara yang konsentrasinya paling tinggi di daerah kawasan industry dan daerah perkotaan
Indeks asap
Indeks asap ini sangat bervariasi dari hari ke hari dan bergantung pada perubahan iklim
Partikel debu
Partikel-partikel berupa debu dan arang dari hasil pembakaran sampah dan industri merupakan salah satu indicator yang di pergunakan untuk mengukur derajat pencemaran udara
Parameter lain untuk indicator pencemaran udara
Karbon Monoksida
Dapat juga di pakai sebagai parameter untuk indicator pencemaran udara, terutam di akibatkan oleh pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor.
Oksidan (O3)
Oksidan, misalnya saja ozon (O3), di hasilakn akibat kerja sinar matahari terhadap asap pembuangan kendaraan bermotor di kota-kota besar.
Nitrogendioksida
Nitrogendioksida merupakan gas yang di hasilkan baik akibat kegiatan manusia maupun akibat proses alam semacam aktivitas gunung berapi.
Timah hitam atau Timbal
Sering di pakai sebagai bahan untuk menambah kekuatan dan kecepatan mobil dan biasanya di tambah ke dalam bahan bakar bensin.
2.6 Tindakan Pencegahan Dan Pengendalian
Beberapa batasan prosedur pencegahan dan pengendalian pencemaran udara yang di ajukan dalam Research into Environmental pollution WHO tahun 1998. Antara lain containment, replacement, dilution, legislation, dan international action.
Containment
Containment merupakan suatu upaya penanggulangan untuk mencegah masuknya gas-gas toksik secara udara bebas. Upaya ini dilakukan dengan cara memasang saringan atau filter pada alat pembuangan agar konsentrasi gas yang keluar masih berada dalam batas baku mutu emisi yang diperbolehkan dan tidak mengangu kesehatan.

Replacement
Tujuan dari replacement adalah menganti perlengkapan dan sumber energy yang banyak mengakibatkan pencemaran dengan yang perlengkapan dan sumber energy yang kurang mengakibatkan pencemaran.
Dilution
Dilution merupakan suatu uapaya untuk mengencerkan bahan pencemar. Upaya ini dapat berlangsung secara alami dengan membangun daerah-daerah hijau green belt.  Daerah hijau tersebut merupakan suatu kawasan yang di Tanami dengan tumbuhan yang rindang dan ditempatkan di antara lokasi permukiman dan kawasan industry.
Legislation
Upaya legislation diwujudkan denganadanya peraturan dan perundangan yang dikeluarkan untuk melindungi tenaga kerja, masyarakat umum, dan untuk melestarikan kawasan industry.
Internasional Action
WHO telah membentuk suatu jaringan internasional berupa laboratorium yang bertugas memantau dan mempelajari kasus-kasus pencemaran udara.

















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semakin peliknya masalah pencemaran lingkungan ini menyebabkan kekhawatiran berbagai pihak akan akan kondisi lingkungan dimasa yang akan datang. Udara, tanah air kini sudah banyak mengandung polutan, penipisan lapisan ozon yang bisa mengganggu ekositem bumi, efek rumah kaca. Sudah saat kita mulai memperhatikan lingkungan sekitar mulai dari hal yang terkecil.  Bahwa pencemaran udara selain disebabkan oleh faktor alam, pencemaran udara lebih banyak disebabkan oleh manusia, misalnya dari kendaraan bermotor, kegiatan industri dan sebagainya. Selain dapat membahayakan lingkungan, pencemaran udara juga dapat membahayakan kesehatan manusia.

3.2. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya kita semua ikut menjaga kebersihan udara dan meminimalkan pencemaran udara, misalnya tidak memakai kendaraan bermotor yang sudah tua, tidak membuang gas yang berbahaya secara sembarangan terutama bagi kegiatan industri, dan lain sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.








DAFTAR PUSTAKA

Sastrawijaya T A. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka cipta. Jakarta
Mulia M R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta
Wardhana A W. 2004. Dampak Pencemaran lingkungan. Penerbit Andi. Jakarta














Jurnal Kesehatan English

Diabetes Mellitus

Diabetes is not only a problem for people in developed countries, because it threatens the lives of all people in the world. In 1995, it is estimated that people with diabetes mellitus (diabetes) worldwide peak at 135 million and is expected this number will increase to 300 million by 2025. It is more worrying is the disease is no longer the dominance of the older age group but also the people who are younger. In fact, several studies have reported that many teens today are threatened by this disease. The reason is nothing but the lifestyle changes that are significant especially in some areas that have been developed.
Diabetes Mellitus
DM disease also known sebgai diabetes / blood sugar disease is a group of chronic disease characterized by elevated levels of sugar in the blood as a result of the disruption in the body's metabolic system, in which the organ pancreas can not produce the hormone insulin the body needs. DM is a disease in which sufferers experience an interruption in turning the food into energy. After eating, food is converted into sugar which is also often referred to as glucose. Glucose is absorbed by the intestine and circulated throughout the body via blood vessels. In people who have diabetes in their blood sugar levels to rise even exceed normal limits owned by other healthy people.
Prediabetes
Diabetes (especially type 2 diabetes mellitus) is a condition that occurs in a long time. Diabetes is a chronic disease, meaning that the disease has a long travel time / length. You do not become a diabetic within 2-3 days (just like the flu), but within years. Because the process of destruction in the body occurs gradually, then there is a condition where the body is not actually have diabetes but have almost impaired as diabtes. The condition is often associated with excessive blood sugar levels.
Kesimpulan : 
DM disease also known sebgai diabetes / blood sugar disease is a group of chronic disease characterized by elevated levels of sugar in the blood as a result of the disruption in the body's metabolic system, in which the organ pancreas can not produce the hormone insulin the body needs. DM is a disease in which sufferers experience an interruption in turning the food into energy.
Cyst Disease
Cysts affect women's menstrual cycles because of the hormonal system is disrupted. Naturally, would regulate cell growth hormone eggs in the ovaries. Medical has not been able to clearly explain how the female hormonal cycle disturbed patients.

However, various studies being conducted to solve this medical case that the number of patients with cysts can be suppressed.

Follicles are sort sacs in the ovary that contains the egg. In the case of cysts, follicles in the ovary are few. Egg cells in the follicles do not mature, so it can not enter into the ovary. Instead, it will form crystals in the ovary.

This has led to a barren woman. Immature follicles and the inability to distribute the egg (ovulation) seems to be the cause of the low number of follicle stimulating hormone (HSF), exceeding the content of androgens in the ovary.

A woman who was diagnosed with cysts usually aged around 20-30 years. Usually women who have cysts, if traced the genealogy of the family, no mother or grandmother who experienced symptoms similar cysts.

Kesimpulan : 
Cysts affect women's menstrual cycles because of the hormonal system is disrupted. Follicles are sort sacs in the ovary that contains the egg. In the case of cysts, follicles in the ovary are few. This has led to a barren woman.






  Diarrhea

Diarrhoeal diseases are still often cause outbreaks (Unusual) as well as the number of cholera patients in a lot of time with the management of diarrhea singkat.Namun fast, precise and verifiable quality death reduced to a minimum. In October 1992 two new strains of Vibrio Cholera 0139 which was later replaced V. cholerae El Tor strain in 1993 and then disappeared in 1995-1996, except in India and Bangladesh are still found. While E. Coli 0157 as the cause of bloody diarrhea and HUS (haemolytic Uremia Syndrome). Outbreaks have occurred in the USA, Japan, southern Africa and Australia. And to Indonesia itself above both strains had never terdeksi.

Definition
A disease with signs of a change in the shape and consistency of the stool, which softens to melt and increased frequency of defecation more than usual. (3 times or more in one day.

Factors affecting diarrhea:
Environmental Nutrition Population
Social Education and Behavioral Economics Society


The cause of diarrhea:
1. Bacteria, viruses, parasites (fungi, worms, protozoa)
2. Poisoning food / beverage caused by bacteria and chemicals
3. Poor nutrition
4. Allergies to milk
5. Immuno deficiency

Mode of transmission:
Infection by the causative agent occurs when eating / drinking water contaminated with feces / vomiting with diarrhea. Direct transmission can also occur when contaminated hands used for the feeding.




Penyakit Aids
AIDS disease stands for Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS is a disease caused as a result of breeding of HIV (Human Immunodeficiency Virus) in the human body, where it attacks the white blood cells (CD4 cells), resulting in damage to the immune system. The loss or reduction in body resistance is easy to make the patient infected with various diseases including even mild illness.

The HIV virus attacks the CD4 cells and makes it a breeding ground for new HIV virus, then destroying it so it can not be used anymore. As we know that the white blood cells are indispensable for the immune system. Without immunity so when our body is attacked disease, Our bodies are weak and do not try to fight the outbreak of disease and consequently we may die even if exposed to influenza or the common cold.


When the human body exposed to the HIV virus does not directly cause or suffer from AIDS, but takes a long time even years for HIV to cause AIDS or HIV positive are deadly.
Mode of transmission of HIV AIDS virus
1. Through the blood. for example; Blood transfusion, blood exposed to HIV + on injured skin, syringes, etc.

2. Through semen, semen (sperm or semen Men). for example; a man having intercourse with a partner without using condoms or other safeguards, oral sex, etc.

3. Through the vaginal fluid on Women. for example; Woman having unprotected, borrowing and lending of sex aids, oral sex, etc..

4. Through Mother's Milk (ASI). for example; Baby drinking milk from women hiv +, men drinking breast milk spouse,




Bioteknologi

Bioteknologi



Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip – prinsip dan kerekayasaan terhadap organisme, sistem, atau proses biologis untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia.

Ilmu – ilmu yang Digunakan dalam Bioteknologi
1.  Mikrobiologi: cabang biologi yang mempelajari mikroba atau jasad renik.
         Contoh: mikroba berupa bakteri dapat tumbuh pada kisaran suhu tertentu.
                                 Psikrofil: tumbuh pada suhu 0°C hingga 30°C.
                                 Mesofil: tumbuh pada suhu 25°C hingga 40°C.
                                 Temofil: tumbuh pada suhu 50°C atau lebih


2. Genetika: cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat – sifat genetik makhluk hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pemahaman mengenai bentuk dan karakteristik materi pewaris sifat, yaitu DNA (gen) akan membantu percepatan kemajuan bioteknologi.

3. Biokimia: cabang ilmu kimia yang mempelajari makhluk hidup dari aspek kimia.Biokimia menganggap hidup adalah kimia, gejala hidup adalah gejala kimia, dan proses – proses hidup diselenggarakan atas dasar reaksi dan peristiwa kimia. Dengan biokimia, ahli bioteknologi memperlakukan makhluk hidup sebagai bahan kimia yan dapat dipadukan dan direkayasa.

Perkembangan Bioteknologi
Bioteknologi Tradisional (konvensional): bioteknologi yang memanfaatkan mikroba, proses biokimia, dan proses genetik alami seperti mutasi dan rekombinasi genetik.
   Pangan
1. Tempe: dibuat dari kedelai dengan menggunkan jamur Rhizopus.
2. Oncom: dibuat dari ampas kedelai dengan menggunkan jamur Neurospora sitophila.
3. Tapai ketan: dibuat dari beras ketan dengam menggunakan khamir Saccharomyces cereviceae.
4. Kecap: dibuat dari kacang kedelai dengan menggunakan jamur Aspergillus.

   Pertanian
1. Hidroponik: cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman.
2. Suatu tanaman jenis mustard alami yang diseleksi oleh manusia menghasilkan tanaman brokoli, kubis, kembang kol.


Peternakan
1. Domba ankon: domba berkaki pendek dan bengkok, sebagi hasil mutasi alami.
2. Sapi jersey yang diseleksi oleh manusia agar menghasilkan susu dengan kandungan krim lebih banyak.


Kesehatan dan Pengobatan
1. Antibiotik yang digunakan untuk pengobatan, diisolasi dari bakteri dan jamur.
2. Vaksin: merupakan mikroorganisme atau bagian mikroorganisme yang toksinnya telah dimatikan, bermanfaat untuk meningkatkan imunitas.
Bioteknologi Modern: bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rakayasa DNA, selain memanfaatkan dasar mikrobiologi dan biokimia.
Pangan
1. Buah tomat hasil manipulasi genetik sehingga tahan lama, tidak cepat matang serta membusuk.
2. Kentang yang telah mengalami mutasi genetik sehingga kadar pati kentang meningkat 20% dari kentang biasa.


Pertanian
1. Tanaman kedelai Tengger dan kedelai hijau Camar yang berumur pendek dengan produktivitas    tinggi, diperoleh dari radiasi seleksi biji – biji kedelai.
2. Tanaman jagung dan kapas yang resisten terhadap serangan penyakit gen tertentu.
Peternakan
1. Pembelahan embrio secara fisik mampu menghasilkan kembar identik pada domba, sapi, babi, kuda
2. Ternak unggul hasil manipulasi genetik, contohnya unggul pada daging dan susunya.
Kesehatan dan pengobatan
1. Hormon pertumbuhan somatotropin yang dihasilkan Escherichia coli.
2. Manipulasi produksi vaksin dengan menggunakan E. Coli agar lebih efisien.

Bioteknologi dengan Menggunakan Mikroorganisme
Bioteknologi umumnya menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, khamir (yeast), dan kapang, karena:
1. Pertumbuhannya cepat
2. Sel – selnya memiliki kandungan protein yang tinggi
3. Dapat menggunakan produk – produk sisa sebagai substratnya
4. Menghasilkan produk yang tidak toksik
5. Sebagai organisme hidup, reaksi biokimianya dikontrol oleh enzim organisme itu sendiri sehingga tidak memerlukan tambahan reaktan dari luar.

yeast

Mikroorganisme Pengubah dan Penghasil Makanan atau Minuman
1. Mikroorganisme dapat mengubah nilai gizi makanan atau minuman dalam proses fermentasi.
2. Proses fermentasi: perubahan enzimatik secara anaerob dari senyawa organik menjadi produk organik yang lebih sederhana.
3. Mikroorganisme pada proses fermentasi menyebabkan perubahan senyawa – senyawa kompleks pada makanan atau minuman menjadi senyawa yang lebih sederhana dan peningkatan cita rasa dan aroma makanan atau minuman.


o Contoh : Oncom dibuat dari ampas tahu, singkong, kelapa, atau kacang tanah, dengan penambahan mikroorganisme berupa Neurospora. Neurospora mengeluarkan enzim amilase, lipase, dan protease yang aktif selama proses fermentasi, juga menguraikan bahan – bahan dinding sel ampas kacang kedelai, singkong, kelapa. Fermentasi pada pembuatan oncom juga menyebabkan terbentuknya sedikit alkohol dan berbagai ester yang beraroma sedap.
4. Mikroorganisme dapat dijadikan langsung sebagai sumber makanan. Karena:
o Massa mikroorganisme dapat tumbuh 2 kali lipat dalam waktu satu jam.
o Massa mikroba minimal mengandung 40% protein serta memiliki kandungan vitamin dan mineral yang tinggi.
o Makanan yang berasal dari mikroorganisme disebut protein sel tunggal (single-cell protein). Protein sel tunggal merupakan makanan kaya protein yang berasal dari mikroorganisme. Sampai sengan saat ini mikroorganisme protein sel tunggal ditumbuhkan di dalam sirup glukosa, ampas buah – buahan, dan sisa berbagai produk pertanian.
Contoh mikroorganisme protein sel tunggal yaitu jamur Fusarium graminearum yang mengandung protein 45% dan lemak 13%. Fusarium sangat bergizi seperti halnya daging. Kelebihannya adalah memiliki kandungan serat tinggi dan bebas kolesterol. Hifa jamur Fusarium (mikoprotein) makanan yang sangat bergizi.

Mikroorganisme Penghasil Obat



1. Antibiotik: senyawa yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Empat kelompok antibiotik,
o Penisilin: komponen utamanya berupa penisilin
o Sefalosporin: dihasilkan oleh jamur Cephalosporium.
o Tetrasiklin: dihasilkan oleh bakteri Streptomycin.

Penisilin
o Eritromisin: memiliki kisaran yang sama dengan penisilin.
2. Vaksin: mikroorganisme atau bagian mikroorganism yang telah dilemahkan. Vaksin berasal dari,
o Mikroorganisme yang telah mati: digunakan untuk menghasilkan vaksin batuk rejan dari bakteri penyebab batu rejan. Bakteri tersebut dimatikan dengan pemanasan atau penggunaan senyawa kimia untuk mendenaturasi enzimnya.
o Mikroorganisme yang telah dilemahkan: (vaksin atenuasi). Vaksin yang melawan tuberkulosis dan poliomielitis. Contohnya vaksin difteri dan tetanus yang dihasilkan dari substansi toksin yang sudah tidak berbahaya dari bakteri.

Mikroorganisme Pembasmi Hama Tumbuhan
Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) dapat ditemukan di tanah dan tanaman. Bacillus thuringiensis merupakan spesies bakteri yang dikembangkan menjadi insektisida mikrobial.Bakteri Bt menghasilkan protein kristal yang dapat membunuh serangga maupun larva atau ulat serangga. Berbagai macam Bt:

1. Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang kentang colorado dan larva kumbang daun.
2. Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis ulat tanaman pertanian.
3. Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan lalat hitam.
4. Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat dan berbagai ulat, terutma ulat ngengat diamondback.


Mikroorganisme Pengolah Limbah
Mikroorganisme membantu pengolahan berbagai jenis limbah, terutama dalam penguraian limbah organik. Tujuannya untuk mengurangi kandungan BOD dan bahan padat tersuspensi. Pengolahan limbah cair juga dibutuhkan untuk menghilangkan pupuk yang masuk ke saluran air, bahan kimia beracun, dan padatan terlarut.
Pemrosesan limbah secara aerob terdiri dari 2 metode:


1. Pengolahan dengan Lumpur Aktif: pengolahan limbah cair dengan membiakkan bakteri aerobik dalam satu tangki limbah yang diberi aerasi dengan tujuan untuk menurunkan bahan organik yang mengandung karbon atau nitrogen dalam limbah. Bakteri yang berperan adalah bakteri heterotrof.
2. Pengolahan dengan Saringan Tetes: pengolahan limbah cair dengan memanfaatkan teknologi biofilm. Biofilm merupakan lapisan mikroorganisme yang menutupi hamparan saringan atau filter pada dasar tangki limbah. Limbah yang berasal dari tangki sedimentasi primer disemprotkan dari lengan – lengan penyemprot yang berputar lambat di bagian atas tangki pengolahan saringan tetes ke hamparan biofilm di dalam tangki. Mikroorganisme pada biofilm akan menguraikannya.
Pemrosesan limbah secara anaerob:
Penguraian Lumpur: proses penguraian bahan padat yang terakumulasi dari pemrosesan aerob atau dari endapan perlakuan fisik sebelumnya. Contohnya Methanobacterium yang mengubah materi organik menjadi gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2), dan hidrogen (H2), termasuk air serta mineral.



Mkroorganisme Pemisah Logam dari Bijih Logam
Peranan mikroorganisme di dalam proses ekstraksi logam dari bijihnya akan semakin penting karena:
1. Deposit – deposit mineral yang lebih kaya sudah banyak berkurang.
2. Metode pengolahan bijih secara tradisional yaitu dengan peleburan merupakan penyebab utama polusi udara dan kini banak ditentang oleh kelompok pencinta lingkungan.
3. Mikroorgnisme mampu memperbaiki kedua keadaan ini. Contohnya beberrapa bakteri aerobik autotrofik, Thiobacillus oxidans dan T. Ferrooxidans bila ditumbuhkan dalam lingkungan yang mengandung bijih tembaga akan menghasilkan asam dan mengoksidasi bijih tersebut disertai pemisahan logam tembaganya.


Bioteknologi dengam Menggunakan Kultur Jaringan Tumbuhan
1. Kultur jaringan tumbuhan merupakan salah satu teknik klona (kloning) tumbuhan. Suatu klon tumbuhan merupakan populasi tumbuhan yang diproduksi secara aseksual dari satu nenek moyang. Klon menghasilkan sejumlah besar tumbuhan yang identik secara genetik. Klon tersebut ditumbuhkan dengan kultur jaringan pada kondisi steril dengan mengontrol konsentrasi nutrien serta hormon.
2. Kultur jaringan tumbuhan (mikropropagasi): bentuk perbanyakan tumbuhan secara vegetatif dengan memanipulasi jaringan somatik tumbuhan di dalam kultur aseptik dengan lingkungan terkontrol. Dengan kultur jaringan, tumbuhan utuh dapat dihasilkan dari bagian akar, batang, atau daun, yang disebut eksplan. Eksplan dapat membentuk tumbuhan yang utuh (planlet) karena adanya sifat totipotensi. Totipotensi pada tumbuhan merupakan kemampuan sel tumbuhan untuk berkembang menjadi tumbuhan utuh.
3. Potongan jaringan tumbuhan yang terdiri dari sejumlah kecil sel – sel pada medium kultur yang sesuai dan dibiarkan tumbuh menjadi massa sel yang belum terdiferensiasi disebut sebagai kalus. Medium kultur membutuhkan gula, garam – garam anorganik, nitrogen organik, dan unsur – unsur mikro.



Bioteknologi dengan Menggunakan Rekayasa Genetik
Rekayasa genetik: suatu kumpulan teknik – teknik eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen DNA dalam bentuk murninya.
Tahapan Dasar Rekayasa Genetik:
1. Enzim restriksi memotong sekuen (urutan) basa spesifik pada molekul DNA.
2. Enzim yang sama memotong sekuen yang sama pada plasmid DNA.
3. DNA dengan ujung yang sama dengan DNA plasmid.
4. DNA plasmid dengan ujung yang sama dengan DNA.
5. DNA asing, DNA plasmid, dan enzim – enzim modifikasi dicampur.
6. Sekumpulan plasmid rekombinan yang mengandung DNA asing dimasukkan ke dalam sel inang.
7. Sel inang membelah dan memperbanyak plasmid rekombinan.

Manfaat Rekayasa Genetik
Manfaat Rekayasa Genetik di Bidang Kedokteran dan Farmasi:
1. Pembuatan insulin manusia oleh bakteri
2. Terapi gen manusia
3. Antibodi monoklonal
Manfaat Rekayasa Genetik di Bidang Peternakan dan Pertanian:
1. Organisme transgenik:
2. Transfer gen pada hewan
3. Klona embrio
4. Klona dengan transfer inti
5. Tanaman hasil rekayasa genetik (transgenik)


Hubungan antara Stres Longitudinal

NAMA : Vriska Lelemboto
NIM  : 14111101054


Hubungan antara stres longitudinal anak dan gaya hidup . Michels,Nathalie; Sioen, Isabelle; Boone, Liesbet; Breat, Croline; Vanaelst, Barbara; Huybrechts, Inge; De Henauw, Stefaan  Psikologi Kesehatan Vol 3 (1), Jan 2015, 40-50.

Tujuan :
Stres psikososial telah dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat teteapi hubungan itu arah masih belum jelas . Apakah stres menginduksi masalah tidur , konsumsi makanan yang menenangkan , dan aktivitas fisik yang lebih rendah , atau melakukan hal sehat faktor gaya hidup meningkatkan stres ? Penelitian ini memeriksa dua arah stres gsya hidup hubungan pada anak-anak komposisi tubuh dan studi stres . Aspek yang terkait dengan stres adalah di ukur dengan kuesioner tentang negatif peristiwa , emosi negatif , dan perilaku masalah . Faktor-faktor gaya hidup berikut adalah dinilai : aktifivitas fisik ( dengan accelerometers) , durasi tidur,konsumsi pangan (food manis,makanan berlemak , makanan ringan , buah-buahan dan sayuran ) dan perilaku makan (emosional,eksternal,menahan). Hubungan dua arah diperiksa dengan lintas analisis tertinggal. Hasil : aspek stres tertentu peningkatan aktivitas fisik, makanan manis konsumsi , menahan makan , makan eksternal . Semua hubungan yang dimoderatori oleh jenis kelamin dan usia : Efek diet terutama pada anak-anak tertua dan anak perempuan ; stres peningkatan aktivitas fisik dalam termuda, sedangkan cenderung menurun fisik aktivitas di tertua . Satu arah terbalik efek ditemukan : perilaku maladaptif makan meningkatkan perasaan cemas .
Kesimpulan:Hubungan terutama searah:stres dipengaruhi gaya hidup anak-anak . Stres dirangsang makan tanpa adanya kelaparan , yang bisa memfasilitasi kelebihan berat badan . Akibatnya , keluarga harus menyadari stres dapat mempengaruhi diet anak-anak, dan pemecahan masalah keterampilan mengatasi harus diperoleh . Berbeda dengan baru-baru ini temuan, stres juga dapat merangsang fisik aktivitas termuda stres positif mengatasi gaya . (PsycINFO database Record (c) 2014 APA, semua hak cipta)

Jurnal Kesehatan

130. JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
- Jenis penelitian   :  observasional dengan rancangan penelitian cross sectional
- Populasi :  Penelitian dilakukan terhadap batita dan ibu batita, sampelnya sebanyak 5 orang ibu batita dan batitanya yang mempunyai status gizi baik dari keluarga miskin dan 5 orang ibu batita dan batitanya yang mempuyai status gizi kurang/buruk dari keluarga miskin jadi sampel penelitian sebanyak 10 orang ibu batita beserta batitanya
- Analisis :  kualitatif
- Tujuan penelitian :  untuk mengetahui gambaran perilaku positive deviance ibu      dan status gizi anak batita dari keluarga miskin di Desa Pemulutan Ulu Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir
- Kesimpulan :Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini yaitu perilaku positive deviance pada ibu yang mempunyai anak batita dari keluarga miskin terlihat bahwa pada anak batita yang mempunyai status gizi baik memiliki kebiasaan pemberian makanan, kebiasaan kebersihan dan kebiasaan penggunaan pelayanan kesehatan yang sangat baik dan benar . Sedangkan untuk anak batita yang status gizinya kurang/buruk kebiasaan-kebiasaan tersebut masih rendah dan kurang baik walaupun mereka sama-sama berasal dari keluarga miskin.
131. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TERHADAP PENCEGAHAN
                     PENYAKIT FLU BURUNG PADA ANAK SEKOLAH DASAR
                     DI KECAMATAN SALAM KABUPATEN MAGELANG
          PADA BULAN MARET TAHUN 2007
- Jenis penelitian: Penelitian besifat deskriptif kuantitatif
- Populasi:  yang menjadi subyek dalam  penelitian ini adalah seluruh siswa MI Ma’arif Glagahombo dan SD Negeri Sucen sebanyak 297 anak
- Analisis:
- tujuan penelitian :Diketahuinya gambaran tingkat perilaku hidup bersih                      dan sehat terhadap
pencegahan penyakit flu burung pada anak usia sekolah dasar di
- Kecamatan Salam Kabupaten Magelang pada bulan Maret tahun 2007
- Kesimpulan : Berdasarkan keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang tingkat perilaku hidup bersih dan sehat terhadap pencegahan penyakit flu burung pada anak sekolah dasar di Kecamatan Salam pada bulan Maret tahun 2007 adalah sebagai berikut :
1. Responden secara keseluruhan menunjukkan tingkat yang tinggi yaitu sebanyak 32,56 %.
2. Responden kelas I menunjukkan tingkat yang sedang yaitu sebesar 35,48 %.
3. Responden kelas II menunjukkan tingkat yang tinggi yaitu sebesar 43,48 %.
4. Responden kelas III menunjukkan tingkat yang tinggi yaitu sebesar41,38 %.
5. Responden kelas IV menunjukkan tingkat yang sedang yaitu sebesar 36,67 %.
6. Responden kelas V menunjukkan tingkat yang tinggi yaitu sebesar 45,16 %.
7. Responden kelas VI menunjukkan tingkat yang sedang yaitu sebesar 35,71 %.

132. ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERANTASAN NYAMUK (PSN)   DALAM UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

- Jenis penelitian : non eksperimen
- Metode : kualitatif analisis data secara deskriptif
- ¬Populasi  : Populasi penelitian ini adalah karyawan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta, serta masyarakat yang terkait dengan
- kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
- Analisis  :
- Tujuan penelitian : Tujuan Umum penelitian ini adalah diketahuinya Permasalahan yang
- mendasar penyebab kejadian penyakit DBD di Propinsi DIY
- Kesimpulan : Kesimpulan yang dapat diambil dalam pengkajian ini adalah : Pertama. SK. Gubernur No. 14/TIM/2005 tentang pembentukan dan tugas POKJANAL telah ditindaklanjuti oleh Kepala Pemerintahan Kabupaten/Kota berupa instruksi kepada instansi terkait di Wilayahnya, salah satunya adalah untuk pelaksanaan gerakan PSN di pemukiman, perkantoran, sekolah, dan
bangunan-bangunan lainnya di setiap Kelurahan
133. FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERKAITAN DENGAN PREVALENSI KURANG TIDUR KRONIS PADA MAHASISWA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
- Jenis penelitian : penelitian kuantitatif noneksperimental yang
bersifat deskriptif-analitik
- Metode: rancangan Cross
Sectional Survey (Sastroasmoro S, 2006 ).
- Populasi:mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negerimaupun Swasta di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, baik dengan jenjangprogram studi Strata-1 (S1) maupun Diploma III (D III).
- Tujuan penelitian:Tujuan dari penelitian ini adalah: Pertama. Mengetahui besarnya prevalensikurang tidur kronis pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kedua.Mengetahui ada/tidaknya hubungan antara jenis kelamin, bidang ilmu yangdipelajari, serta jenjang strata program studi dengan prevalensi kurang tidur
- kronis pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Kesimpulan: Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah : Pertama. Prevalensikurang tidur kronis pada mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah45, 19 %. Kedua. Tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin, bidangilmu yang dipelajari serta strata program studi terhadap prevalensi kurang
tidur kronis pada mahasiswa.

134. KARAKTERISTIK PASIEN DAN KINERJA UNIT ONKOLOGI KOMPLEMENTER MEDIS – TCMRS HARAPAN BUNDA JAKARTA
- Jenis penelitian :
- Metode:penelitian deskriptif retrospektif
- sampel: Data pasien berasal dari rekam medik semua pasien yang datang ke UnitOnkologi Komplementer TCM RSHB selama periode 1 Agustus 2005-31 Desember 2005.
- Tujuan penelitian : Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan karakteristik pasien dan kinerja terapi di Unit Onkologi Komplementer Medis-TCM di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur antara periode 1 Agustus-31 Desember 2005
- Kesimpulan: Pelayanan Unit TCM RS Harapan Bunda cukupdiminati masyarakat. Proporsi wanita sedikit lebih besar dari pria. Kelompok usia terbesar adalah 41-50 tahun, disusul51-60 tahun. Jenis kanker terbanyak adalah karsinoma mamae, disusul kanker paru. Respons terapi secara keseluruhan
adalah 81,25% membaik atau stabil, 18,75% memburuk.
135. PENGARUH PENINGKATAN FLOW RATE GAS METAN TERHADAP SIFAT OPTISLAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-SiC:H) HASIL DEPOSISIMETODE DC SPUTTERING
- Jenis penelitian: Eksperimental
- Metode: dc sputtering dari target silikon
- Populasi:
- Tujuan penelitian:
- Kesimpulan: Indeks bias (n) lapisan tipis a-SiC:H hasil deposisi metodedc sputtering berkurang dengan bertambahnya fl ow rategas metan, sedangkan gap optis mengalami peningkatanseiring dengan pergeseran absorpsi optis (α) ke energy yang lebih tinggi. Pengaruh peningkatan fl ow rate gasmetan terhadap kedua besaran optis tersebut bukan hanyadisebabkan peningkatan jumlah karbon di dalam lapisan
tipis tetapi juga jumlah hydrogen

136. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT SANITASIPADA KAPAL YANG SANDAR DI PELABUHAN PANGKALBALAMPANGKALPINANG TAHUN 2005
- Jenis penelitian :
- Metode:
- Analisis: analisis univariat, bivariat, dan multivariat
- Populasi: semua kapal kargo yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam, sedangkan sampelpada penelitian ini sebanyak 92 kapal kargo yang diambil secara acak. Rata-rata kapal kargo yang sandar di pelabuhanPangkalbalam, yang mempunyai tingkat sanitasi kapal baik sebesar 16,3 %, tingkat sanitasi kapal sedang sebanyak 18,5
%, sedangkan tingkat sanitasi kapal yang buruk sebesar 65,2%.
- Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat sanitasi pada kapal yang
sandar di pelabuhan Pangkalbalam, Pangkalpinang, pada tahun 2005
- Kesimpulan: Guna untuk meningkatkan sanitasi pada kapal yang sandar di pelabuhan Pangkalbalam, Pangkalpinang perlu dilakukanpengawasan dan inspeksi yang dilakukan oleh petugas sanitasi kantor kesehatan pelabuhan Pangkalpinang, supaya setiapkapal membuat standar prosedur operasional tentang sanitasi kapal. Para nahkoda kapal barang diharapkan agarmembuat standar prosedur operasional yang baik dan baku dalam hal sanitasi kapal dan mengawasi serta membimbingpara anak buah kapal yang bertugas/bekerja dalam peningkatan sanitasi kapal. Untuk Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, dalam hal ini Subdit Karantina Kesehatan Ditjen PP & PL untuk memasukkan karakteristik manajemendalam hal ini unsur standar prosedur operasional, Kepemimpinan nahkoda, karakteristik anak buah kapal yang meliputitingkat pendidikan, jenis pelatihan serta karakteristik pendukung yaitu sarana dan prasarana, bahan, dana serta waktudalam formulir penilaian sanitasi kapal. Untuk pemilik kapal diharapkan mengikutsertakan pelatihan bidangsanitasi/Basic Sanitation Training bagi anak buah kapal yang bertugas dalam bidang sanitasi. Untuk Administrator
Pelabuhan Pangkalbalam diharapkan ikut mengawasi kapal-kapal kargo dalam bidang sanitasi
137. HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASANAKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSALL RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATENTAHUN 2007
- Jenis penelitian :
- Metode :
- Populasi: Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak usia prasekolah (2,5-5 tahun) dan keluarganya yang dirawat di bangsal “L” RSUPDr.Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. Setelah dihitung rata-ratapopulasi anak usia pra sekolah setiap bulan dari bulan Januari sampai
dengan Maret 2007 didapatkan hasil 40 pasien
- Tujuan penelitian : diketahuinya hubungan antaradukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anakusia pra sekolah di bangsal perawatan anak “ L” RSUP Dr.Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
- Kesimpulan :Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang hubungan antaradukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi dapatdisimpulkan bahwa : Pertama, dukungan keluarga yang diberikan kepadaanak usia prasekolah yang sedang menjalani perawatan di Bangsal L RSUPDr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebagian besar termasuk dalamkategori dukungan keluarga baik. Kedua, tingkat kecemasan akibathospitalisasi yang dialami anak usia prasekolah yang sedang menjaniperawatan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah termasuk dalamkategori cemas sedang. Ketiga, ada hubungan antara dukungan keluargadengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di
Bangsal L RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten

138. PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK OPTIMASI JARINGAN NEURAL BUATAN-FUZZY DAN APLIKASINYA PADA SISTEMPENCIUMAN ELEKTRONIK
- Jenis penelitian :eksperimen
- Metode :
- Populasi :
- Tujuan penelitian: untukmengetahui kemampuan sistem dalam membuat strukturjaringan yang optimal. Yang dimaksudkan dengan strukturjaringan yang optimal adalah sebuah jaringan neuralyang mempunyai jumlah bobot aktif lebih rendah danjumlah epoch dalam pembelajaran jaringan yang kecilpula. Struktur yang optimal ini akan menurunkan biayakomputasi yang diperlukan dalam proses penentuan jenisaroma yang hendak diketahui.
- Kesimpulan : Jaringan neural buatan dapat ditingkatkan performansinyadengan membuat arsitektur struktur jaringan menjadioptimal. Beberapa kriteria yang dipergunakan untukmembuat struktur jaringan optimal adalah denganmembuat jumlah bobot keterhubungan dan jumlahepoch menjadi minimal.

139. HUBUNGAN POLA PERAWATAN PADA ANAK UBERKULOSISPARU PRIMER DENGAN LAMA PENYEMBUHAN PADA ANAKUSIA 1-6 TAHUN DI DESA CIBUNTU CIBITUNG BEKASI 2007
- Jenis penelitian :
- Metode: eksperimen yang bersifatdeskriptif.
- Analisis: Analisa data yang dilakukan setelah seluruh data terkumpul, meliputi Editing,Coding,Scoring,Entry data.
- Populasi: Teknik pengambilan sampeldengan menggunakan teknik sampel jenuh dengan jumlah respondensebanyak 30 orang yang terdiri dari ibu-ibu yang anaknya menderita TB Paruprimerdan berusia 1-6 tahun. Pengambilan data dilakukan antara bulanAgustus sampai September 2007 dengan menggunakan kuesioner dan datadari identitas penderita. Analisa data dengan menggunakan koefsien biserial
- Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan antara pola perawatan padaanak TB Paru primer dengan lama penyembuhan pada anak usia 1-6 tahun didesa Cibuntu, Cibitung, Bekasi
- Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikansebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, sebagianbesar pola perawatan menunjukkan 18 responden (60%) berpola perawatanbaik, 12 responden (40%) berpola perawatan sedang
140. TINGKAT KOOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH (3 – 5 TAHUN)MELALUI TERAPI BERMAIN SELAMA MENJALANI PERAWATAN
DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
- Jenis penelitian:
- Metode :penelitian eksperimental
- Analisis:
- Populasi: Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak dengan umur 3-5tahun yang dirawat di Ruang CB2 Anak Rumah Sakit Panti Rapih
- Tujuan penelitian: untuk mendapatkan gambaran mengenaiapakah ada pengaruh dari terapi bermain terhadap tingkat kooperatif padaanak usia prasekolah selama menjalani perawatan di Ruang CB 2 Anak
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
- Kesimpulan: Tingkat kooperatif pada anak sebelum diberi terapi bermainkebanyakan termasuk dalam kategori kurang. Kedua, Tingkat kooperatif padaanak setelah diberi terapi bermain kebanyakan termasuk dalam kategori baik,sedangkan tingkat kooperatif kurang tidak ada. Ketiga, Ada perubahan tingkatkooperatif pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) sebelum dan sesudahdiberi terapi bermain selama menjalani perawatan di Ruang CB2 Anak
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta


1. HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU AMBARAWA TAHUN 2007
- Metode Penelitian : Non eksperimen
- Analisis : Univariat dan bivariate
- Populasi : Semua anak balita dan orang tua anak balita, dimana anak balita tersebut sedang   menjalani pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa, dengan jumlah populasi 97 anak balita ( 50 kasus dan 47 kontrol ).
- Tujuan : Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan pemberian
Imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya data Imunisasi BCG pada anak balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa. Kedua, diketahuinya kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Ambarawa.
- Kesimpulan : Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : Pertama, Anak balita yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru - paru Ambarawa, sebagian besar responden diberikan imunisasi BCG. Kedua, Kejadian Tuberkulosis paru sebagian besar terjadi pada anak yang tidak diberikan imunisasi BCG. Ketiga, Ada hubungan yang bermakna secara statistik antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada anak balita.
2. PEMANFAATAN Spirulina platensis SEBAGAI SUPLEMEN PROTEIN SEL TUNGGAL (PST) MENCIT (Mus musculus)
- Metode : Eksperimental laboratorium
- Analisis : Analisis varian
- Tujuan : Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi biomassa S. platensis yang mengandung PST terhadap pertumbuhan berat badan mencit. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan terhadap penelitiann pemanfaatan biomassa kering sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST) yang nantinya dapat dikembangkan menjadi industri seperti makanan atau suplemen berprotein tinggi, dsb.
- Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biomassa kering S. Platensis mempunyai pengaruh yang labih baik dibandingkan dengan bahan pakan pelet. Penambahan biomassa kering Spirulina platensis kepada mencit (Musmusculus) akan terjadi penambahan berat badan mencit sampai hari ke 12 dan mengalami penurunan pada hari ke 13 dan puncak penurunan terjadi pada hari ke-14. Pemberian biomassa kering S. platensis kepada mencit menghasilkan perbedaan yang nyata secara statistik (p < 0,05) antara sebelum pemberian dan setelah pemberian selama 17 hari. Pemberian biomassa kering Spirulina platensis kepada mencit pada minggu I menghasilkan hasil yang baik pada perbandingan antara makanan mencit (pelet) dengan biomassa pada 0 % dengan 40 % dan 50 %, juga pada konsentrasi 10 % dengan 40 % dan 50%, konsentrasi 20% dengan 40%, konsentrasi biomassa 30% dengan 40%. Pemberian biomassa kering S. Platensis kepada mencit pada minggu II menghasilkan hasil yang baik pada perbandingan antara pelet dengan biomassa pada 0% dengan 40% dan 50%, konsentrasi 20% dengan 40% dan 50%. Pada minggu III tidak ada perbedaan berat badan pada mencit setelah pemberian biomassa kering S. platensis.
3. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA IMUNISASI POLIO PADA ANAKNYA DI POSYANDU MARGASARI TASIKMALAYA TAHUN 2007
- Jenis penelitian : deskriptif analitik
- Metode : survey
- Analisis : kuantitatif
- Populasi : Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai balita yang berada di Posyandu Margasari Tasikmalaya sebanyak 130 responden.
- Tujuan : Tujuan umum penelitian adalah : diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio terhadap tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang di Posyandu Margasari Tasikmalaya. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio di Posyandu Margasari Tasikmalaya. Kedua, diketahuinya tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang pada balita di Posyandu Margasari Tasikmalaya.
- Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Pertama, pengetahuan ibu tentang imunisasi polio sebagian besar berkategori tinggi. Kedua, kecemasan ibu pasca imunisasi polio sebagian besar berkategori rendah. Ketiga, ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang pada balita di Posyandu Margasari Taskmalaya pada bulan Desember 2007. Dalam hubungan tersebut kecemasan ibu pasca imunisasi polio ulang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio.
4. HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL L RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2007
- Jenis penelitian : korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel bebas dan variabel terikatnya hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2003).
- Analisis : uji statistic
- Populasi dan Smpel : Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak usia pra sekolah (2,5-5 tahun) dan keluarganya yang dirawat di bangsal “L” RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah. Setelah dihitung rata-rata populasi anak usia pra sekolah setiap bulan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2007 didapatkan hasil 40 pasien. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini, subyek penelitian dibatasi dengan kriteria inklusi sebagai berikut : Pertama, anak yang berusia 2,5-5 tahun yang sedang menjalani perawatan minimal 1x24 jam dan maksimal 3x24 jam dan ayah atau ibunya. Kedua, anak yang berumur 2,5-5 tahun baik laki-laki atau perempuan dan ayah atau ibunya. Ketiga, hospitalisasi tersebut adalah yang pertama kali pada anak. Keempat, ayah atau ibu yang dapat membaca dan menulis. Kelima, ayah atau ibu yang dapat berkomunikasi dengan baik. Keenam, bersedia menjadi responden. Sedangkan Kriteria eksklusinya adalah : Pertama, anak yang menderita penyakit kronis dan penyakit terminal yang beberapa kali dirawat di rumah sakit dan ayah atau ibu. Kedua, anak yang sedang dirawat di ICU/ICCU dan ayah atau ibu. Ketiga, anak yang menderita retardasi mental dan ayah atau ibu. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden sesuai dengan jumlah minimal sampel yang diperbolehkan menurut Nursalam (2003).
- Tujuan : Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah di bangsal perawatan anak “ L” RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya tingkat dukungan keluarga yang diberikan orangtua selama proses hospitalisasi anak di RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro. Kedua, diketahuinya tingkat kecemasan anak usia pra sekolah yang sedang dirawat di bangsal perawatan anak “L” RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
- Kesimpulan : Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi dapat disimpulkan bahwa : Pertama, dukungan keluarga yang diberikan kepada anak usia prasekolah yang sedang menjalani perawatan di Bangsal L RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebagian besar termasuk dalam kategori dukungan keluarga baik. Kedua, tingkat kecemasan akibat hospitalisasi yang dialami anak usia prasekolah yang sedang menjani perawatan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah termasuk dalam kategori cemas sedang. Ketiga, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia prasekolah di Bangsal L RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
5. TINGKAT KEBERHASILAN PENYEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU PRIMER PADA ANAK USIA 1-6 TAHUN DI DESA CIBUNTU CIBITUNG BEKASI DENGAN PENDEKATAN POLA PERAWATAN 2007
- Jenis penelitian : jenis penelitian deskriptif, dengan suatu pendekatan retrospektif.
- Analisis : bivariat dan univariat
- Populasi dan sampel : Populasi adalah keseluruhan kelompok, individu atau objek yang diminati oleh peneliti (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang menderita tuberkulosis paru yang minimal telah menjalankan pengobatan 6-9 bulan berdomisili di Desa Cibuntu Cibitung Bekasi yang berjumlah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh yaitu semua ibu-ibu yang anaknya menderita tuberkulosis paru  primer yang berusia 1-6 tahun sebanyak 30 orang yang ditemukan dan telah menjalani pengobatan minimal 6-9 bulan di Desa Cibuntu Cibitung Bekasi.
- Tujuan : Tujuan umum : diketahui hubungan pola perawatan pada anak TB paru primer dengan lama penyembuhan pada anak usia 1-6 tahun di Desa Cibuntu Cibitung Bekasi tahun 2007. Tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya pola perawatan pada anak TB primer di Desa Cibuntu Cibitung Bekasi. Kedua, diketahuinya lama penyembuhan TB primer pada anak usia 1- 6 tahun di Desa Cibuntu Cibitung Bekasi.
- Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, sebagian besar pola perawatan orang tua terhadap anak TB paru primer baik. Kedua, sebagian besar anak TB paru primer sembuh sedang 10-12 bulan. Ketiga, ada hubungan antara pola perawatan dengan lama penyembuhan pada anak TB Paru primer dengan usia 1-6 tahun,. Hal ini berarti semakin baik pola perawatan ibu maka semakin cepat proses waktu penyembuhan anak TB Paru primer usia 1-6 tahun.
6. PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PERSALINAN KALA I DI PONDOK BERSALIN NGUDI SARAS TRIKILAN KALI JAMBE SRAGEN
- Jenis penelitian : eksperimental
- Populasi dan sampel : Populasi penelitian ini adalah keseluruhan subyek atau hal-hal yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani persalinan kala I, berjumlah 12 responden yang menjalani persalinan kala I pada bulan Desember 2007 di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen Jawa Tengah. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Sedang sampel penelitian ini adalah pasien persalinan kala I yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: Pertama, pasien yang menjalani persalinanan kala I baik primigravida maupun muligravida. Kedua, bersedia dijadikan responden. Ketiga, pasien yang diukur tingkat kecemasannya mengalami minimal kecemasan dari tingkat kecemasan berat sampai dengan tingkat kecemasan ringan, terdapat 12 responden. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah : Pertama, pasien yang tidak menjalani persalinan kala I. Kedua, tidak setuju untuk dijadikan responden. Ketiga, tidak mengalami kecemasan.
- Tujuan : Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya gambaran teknik nafas dalam, yaitu nafas dengan irama pernafasan dalam pada pasien persalinan kala I. Kedua, diketahuinya karakteristik tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I.
- Kesimpulan : Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Pertama, karakteristik tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I sebelum diberi perlakuan teknik nafas dalam tingkat kecemasan pasien berkisar panik, besar, sedang, ringan. Karakteristik tingkat kecemasan pasien setelah diberi perlakuan teknik nafas berkisar cemas ringan,sedang dan berat. Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan pemberian teknik nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I.
7. PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF SELAMA MENJALANI PERAWATAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3 – 5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
- Jenis penelitian : eksperimental
- Analisis : univariat dan bivariate
- Populasi dan sampel : Populasi pada penelitian ini adalah seluruh anak dengan umur 3-5 tahun yang dirawat di Ruang CB2 Anak Rumah Sakit Panti Rapih. Tujuan : Tujuan Umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif anak usia 3-5 th yang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya tingkat koperatif anak usia prasekolah di ruang perawatan CB2 Anak Rumah Sakit Panti Rapih sebelum diberi terapi bermain. Kedua, diketahuinya tingkat kooperatif anak usia prasekolah di ruang perawatan CB2 Anak Rumah Sakit Panti Rapih setelah diberi terapi bermain.
- Kesimpulan : Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh terapii bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak usia 3 – 5 tahun di Ruang CB2 Anak Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta”.
8. PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK DI DUSUN GENENG SENTUL SIDOAGUNG GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA
- Jenis penelitian : non eksperimental yaitu deskriptif analitik
- Analisis : univariat dan bivariate
- Populasi : Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2003).
- Tujuan : Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan siklusvmenstruasi antara ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dengan kontrasepsi suntik di Dusun Geneng Sentul, Sidoagung, Godean, Sleman, Yogyakarta. Sedangakn tujuan khusus penelitian ini adalah : Pertama, untuk mengetahui siklus menstruasi pendek, normal dan panjang pada ibu pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi IUD. Kedua, untuk mengetahui siklus menstruasi pendek, normal dan panjang pada ibu pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi suntik.
- Kesimpulan : Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, terdapat perbedaan siklus menstruasi antara ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dengan kontrasepsi suntik di Dusun Geneng Sentul Sidoagung Godean Sleman Yogyakarta. Kedua, siklus menstruasi pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi IUD lebih baik dibandingkan dengan ibu yang menggunakan alat kontrasepsi suntik. Ketiga, ibu pengguna alat kontrasepsi suntik mempunyai siklus menstruasi pendek.
9. PENGARUH PEMBERIAN KARBON TETRAKLORIDA TERHADAP FUNGSI HATI DAN GINJAL TIKUS
- Jenis penelitian : eksperimen
- Analisis : statistic
- Tujuan : untuk mempelajari kerusakan sel hati serta gangguan fungsi hati dan ginjal yang terjadi akibat pemberian CCl4 pada berbagai tingkatan dosis. Lebih lanjut akan dipilih satu dosis untuk digunakan dalam tahap penelitian berikutnya, yakni pengujian aktivitas hepatoprotektor akar pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.).
- Kesimpulan : Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan: Hasil pengukuran biokimiawi darah menunjukkan bahwa pemberian CCl4 sebanyak 0,1 dan 1,0 ml/kg BB mengakibatkan peningkatan kadar enzim ALT, dan ALP, sebaliknya menurunkan kadar enzim AST. Bahkan dengan pemberian 10 ml CCl4/kg kadar enzim-enzim tersebut sudah sangat turun. Pemberian CCl4 sebanyak 0,1 ml/kg BB mengakibatkan kadar bilirubin total meningkat. Sebaliknya, pemberian 1,0 dan 10 ml CCl4 /kg BB kadar bilirubin total menurun. Pemberian CCl4 0,1; 1,0; dan 10 ml/kg BB mengakibatkan penurunan kadar protein total. Gambaran patologi anatomi hati menunjukkan terjadinya nekrosis milier pada kelompok yang diberi 1,0 dan 10 ml CCl4/kg BB. Gambaran histopatologi hati menunjukkan bahwa pemberian CCl4 0,1 ml/kg BB mengakibatkan terjadinya degenerasi dan nekrosis secara multifokal, bahkan dengan pemberian 1,0 dan 10 ml CCl4/kg BB telah terjadi steatosis. Gambaran patologi anatomi maupun histopatologi ginjal tidak menunjukkan perubahan yang bermakna, walaupun hasil pengukuran biokimiawi darah menunjukkan bahwa dengan pemberian CCl4 0,1 ml/kg BB terjadi peningkatan kadar kreatinin. Bahkan dengan pemberian CCl4 sebanyak 1,0 dan 10 ml/kg BB kadar kreatinin menjadi sangat turun. Dosis CCl4 yang dipilih untuk pengujian aktivitas hepatoprotektor di penelitian tahap berikutnya adalah 0,1 ml/kg BB.
10. REAKSI PENATAAN ULANG SIGMATROPIK HIDROGEN [1,3] SECARA TERMAL DAN REAKSI PENATAAN ULANG PROTOTROPIK [1,3] YANG DIKATALISIS OLEH KATALIS TRANSFER FASE (PTC) , [18]-CROWN ETHER-6: SEMI-SINTESIS VANILI DARI EUGENOL*
- Jenis penelitian : Deskriptif (Cross-Sectional)
- Analisis : univariat dan bivariate
- Populasi : Populasi yang diteliti adalah masyarakat di desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 2006.
- Tujuan : menggambarkan karakteristik dan faktor berhubungan dengan hipertensi pada masyarakat penderita hipertensi di desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 2006.
- Kesimpulan :  Adanya hubungan antara umur terhadap jenis hipertensi di desa Bocor,  Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Adanya hubungan antara jenis kelamin terhadap jenis hipertensi di desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
11. PENGARUH MINUM THE TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA USILA DI KOTA BANDUNG
- Jenis penelitian : analitik
- Metode : multivariat regresi logistik ganda
- Analisis : statistic
- Populasi dan sam pel : Populasi studi ini adalah usila di kota Bandung. Definisi usila pada studi ini adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Sedangkan sampelnya adalah sebanyak 132 usila yang dipilih secara acak di kecamatan Cidendo Kota Bandung.
- Kesimpulan : Berdasarkan hasil studi ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Angka kejadian anemia pada usila di Kota Bandung hampir sama dengan hasil penelitian lainnya di Indonesia, yakni sekitar 50%. Lansia yang memiliki kebiasaan minum teh tiap hari punya risiko 92 kali lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan lansia yang tidak pernah minum teh. Untuk menurunkan kejadian anemia pada usila, disarankan kepada usila untuk mengurangi kebiasaan minum tehnya atau minum teh 2—3 jam sesudah makan atau meningkatkan asupan protein terutama protein hewani. Namun, mengingat kondisi gigi serta keuangan usila, maka perubahan kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak untuk menurunkan kejadian anemia.
12. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA
- Jenis penelitian : survey
- Populasi dan sampel : 257 siswa,.
- Tujuan : dilakukan didapatkan data bahwa dari kelas 1,2 dan kelas 3 SMK Negeri 4 Yogyakarta memiliki remaja akhir (usia 15-20 tahun) 674 siswa, tergolong berperilaku baik akan tetapi ada beberapa remaja yang perilaku seksualnya dapat dikatakan buruk. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu status ekonomi yang rendah, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang, pengaruh penyebaran rangsangan seksual (pornografi) melalui media massa seperti VCD, telpon genggam, internet dan lingkungan pergaulan yang buruk sehingga karakter remaja dibentuk oleh lingkungan sekitar.
- Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan remaja akhir (usia 15 – 20 tahun) di SMK Negeri 4 Yogyakarta rata-rata mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang baik. Faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi memberikan pengaruh terhadap perilaku seksual remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta.
13. PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JOHAR (Cassia siamea Lamk.) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS SEL MAKROFAG
- Analisis : Analisis Fagositosis Makrofag
- Sampel : Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur Swiss berumur 4-6 bulan, beratcbadan 20-25 g.
- Kesimpulan : Nilai LD50 dari EEDJ adalah 23,78 mg/20 g BB, Lamk. termasuk dalam klasifikasi toksisitas sedang. Pemberian EEDJ meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel makrofag. Dosis yang disarankan untuk digunakan sebagai imunostimulator adalah dosis tertinggi. Pada dosis tertinggi dalam penelitian ini, memiliki aktivitas lebih tinggi dibanding PHA sekalipun.
14. PENGARUH PENINGKATAN FLOW RATE GAS METAN TERHADAP SIFAT OPTIS LAPISAN TIPIS AMORF SILIKON KARBON (a-SiC:H) HASIL DEPOSISI METODE DC SPUTTERING
- Jenis penelitian : eksperimen
- Metode : dc sputtering
- Tujuan : Penelitian ini akan mempelajari kedua besaran optis tersebut untuk lapisan tipis a-SiC:H hasil deposisi metode dc sputtering dari target silikon. Pengaruh variasi fl ow rate gas metan terhadap kedua besaran optis tersebut akan dipelajari dengan pengukuran refl ektansi dan transmitansi spektroskopi UV-VIS. Relasi komposisi terhadap besaran optis dan karakteristik fi sis lainnya akan didiskusikan lebih lanjut.
- Kesimpulan : Indeks bias (n) lapisan tipis a-SiC:H hasil deposisi metode dc sputtering berkurang dengan bertambahnya fl ow rate gas metan, sedangkan gap optis mengalami peningkatan seiring dengan pergeseran absorpsi optis (α) ke energy yang lebih tinggi. Pengaruh peningkatan fl ow rate gas metan terhadap kedua besaran optis tersebut bukan hanya disebabkan peningkatan jumlah karbon di dalam lapisan tipis tetapi juga jumlah hidrogen.
15. KARAKTERISTIK PASIEN DAN KINERJA UNIT ONKOLOGI KOMPLEMENTER MEDIS – TCM RS HARAPAN BUNDA JAKARTA
- Jenis penelitian : deskriptif retrospektif
- Metode : diagnosis
- Tujuan : Untuk mengetahui sampai berapa jauh kehandalan kombinasi tersebut, khususnya di bidang onkologi, sejak Desember 2004 RS Harapan Bunda merintis kerja sama dengan RS Yusheng Guangzhou membentuk unit pelayanan onkologi komplementer medis-TCM terhadap pasien kanker. Laporan ini merangkum kinerja unit layanan tersebut selama periode 1 Agustus-31 Desember 2005.
- Kesimpulan : Jumlah pasien yang berobat di Unit Unit Onkologi Komplementer TCM RS Harapan Bunda selama semester kedua 2005 agak bertambah dibandingkan semester sebelumnya. Proporsi wanita sedikit lebih besar dari pria. Kelompok usiaterbesar adalah 41-50 tahun, disusul 51-60 tahun. Jenis kanker terbanyak adalah karsinoma mamae, disusul kanker paru. Respons terapi secara keseluruhan adalah 81,25% membaik atau stabil, 18,75% memburuk. Survival bebas progresi yang dicapai untuk berbagai jenis kanker tampaknya cukup tinggi dibandingkan angka respons dengan kemoterapi saja.